18 Jul

Pengertian Apa Itu Format Video Dan Apa Saja Formatnya, Lengkap

Pengertian Apa Itu Format Video Dan Apa Saja Formatnya, Lengkap

Kali ini kita akan membahas tentang Pengertian apa itu format video dan apa saja formatnya secara lengkap.

Ada tahun 1980 an saat video masih sederhana, ada format VHS, VHS-C dan Betamax. Sebagian dari kita mengenal VHS sebagai video dengan kaset besar pada tahun – tahun itu. Kini, saat video digital menjadi trend, sangat banyak format baru video yang muncul.

Ada MP4, WMV.ASF dan sebagainya.

Semua format ini awalnya dibuat untuk tujuan tertentu. Format MP4 digunakan Youtube untuk menggantikan FLV karena memiliki resolusi yang lebih baik.

Meskipun begitu, kita akan sulit menjawab dan membandingkan apakah video MP4 akan memiliki ukuran file yang sama dengan video FLV jika filmnya sama?

MP4 dan FLV adalah kontainer atau “tempat” bagi video tersebut. Isi kontainer tadi bisa berupa videonya, file audio dan mungkin lainnya lagi.

Kontainer hanya membuat audio serta video bisa disinkronkan saat dimainkan.

Kontainer hanya memberitahu pemutar video tentang bagaimana menainkan file video dengan benar. Bagaimana mensinkronkan audio serta videonya dengan benar.

Hasilnya adalah video dengan suara yang sesuai.

Yang mempengaruhi ukuran file adalah isi berupa video serta audionya. Ukuran disini juga dipengaruhi oleh bitrate serta frame rate videonya. Jadi bukan soal formatnya atau bukan containernya.
Meskipun jika isinya persis sama, file FLV akan sedikit lebih besar dari file MP4. 1 atau 3 %. Ini karena cara menyajikan filenya berbeda.

Nah, untuk memahami lebih lanjut persoalan semacam ini, mari kita bahas secara berurutan.

Kontainer / Container dan Codec.

Jika kita ingin memahami apa itu kontainer dan codec, kita perlu analogi seperti ini.

  • Kontainer lebih seperti tipe publikasi kita.

Kita mungkin memilih majalah, buku ataupun leaflet dan bahkan pembungkus mainan anak – anak.

  • Codec adalah cara menampilkannya.

Apakah kita ingin novel roman kita dicetak dengan gambar ilustrasi seperti komik? Apakah “CODEC” semacam itu pas untuk novel roman?

Disinilah beda antara Codec dengan Kontainer.

Setiap aplikasi video memiliki kontainer serta codec yang sesuai peruntukannya.

Saat ini, sangat banyak format video (kontainer) serta codecnya. Semua dibuat di jaman yang berbeda dan bisa menjadi kuno untuk ukuran jaman berbeda.

Codec terutama dibuat untuk mengompresi video supaya ukurannya masuk akal.

Sebuah Video DV tanpa kompresi Tidak bisa di streaming di internet.

Sebuah video 30fps tanpa kompresi berisi 1800 frames untuk 1 menit. Ukurannya filenya bisa mencapai lebih 1 giga jika kameranya iPhone terbaru.

Ada waktunya format 3GP cocok untuk video yang diputar di gadget tahun 2000 an tengah. Sekarang, file 3GP terlalu kecil dan jelek jika dilihat di smartphone modern.

Akan ada waktunya juga, nanti MP4 akan menjadi format yang kurang menarik secara visual. Sekarang, MP4 adalah format video terbaik untuk Youtube, IG, FB dan juga Twitter.

Selain itu, ada juga kontainer serta codec yang memang dibuat satu paket. Dan, dibuat dengan lisensi. Jadi kita mungkin tidak pernah bisa menggunakan codec yang sama untuk kontainer berbeda. Ya, karena lisensinya tidak mengijnkan.

Lossy VS Lossless Compression.

Saat sebuah video dikompresi, ada bagian yang hilang (biasanya). Software untuk video kompresi bekerja dengan menghilangkan redundancy. Atau “penggandaan” untuk bahasa terjemahan kasarnya.

Jika ada titik awan biru yang berdekatan, software kompresi video akan menghilangkan salah satunya.

Metode lainnya, jika ada frame identik, hanya akan diambil yang aslinya saja.

Ini prinsipnya. Jadi untuk kompresi file video dengan hasil tertinggi, ketajaman video jelas berkurang banyak. (lossy).

Untuk kompresi file yang rendah, hasil konversi masih terlihat tajam bagi mata kita.

Sekarang, ada pembuat film yang menginginkan filenya hanya kehilangan sedikit kompresi saja. Tetapi hasil akhirnya ukuran file masih relatif terlalu besar dan kurang praktis. (lossless compresion)

Jika kita berniat mengompresi file video, kita gunakan software kompresi yang kemampuannya maksimal. Tetapi, kita sediakan berbagai versi kompresi video untuk berbagai keperluan. Misal untuk email, Youtube, atau untuk dilihat secara langsung secara offline.

Kita simpan file asli dan kita kompresi sesuai standar penggunaan kita. Misal untuk DVD, Blue Ray dan yang lainnya.

Kita mengompresi atau mengkonversi format video kita dari file aslinya. Ini untuk mendapatkan kualitas visual yang terbaik.

Container atau Kontainer.

Kita akan membahas kontainer dan kemudian membahas tentang codecs. Sebuah ekstensi video biasanya menunjukkan tentang kontainernya. Ekstensi ini misalnya adalah MP4 atau MPEG-4.

Beberapa kontainer memiliki codec yang sering digunakan namun lainnya bisa menggunakan codec yang berbeda.

  • AVI (Audio Video Interleave).

Avi adalah format video yang dibuat oleh Microsoft bersamaan dengan diluncurkannya windows 3.1

Waktu itu adalah saat dimana roda mobil masih dibuat dari kayu.

Sekarang, format atau kontainer AVI ini mulai berkurang popularitasnya. Jadi, kita tidak perlu membuat format video kita menjadi AVI tetapi cukup menyimpan player untuk AVI saja.

  • ASF (Advanced System Format).

AFS adalah format khusus milik Microsoft yang mengandung file yang dikompresi dengan kompresi WMV codec milik Microsoft.

Tetapi, hasil akhirnya file videonya disebut sebagai WMV dan bukannya sebagai file ASF.

Keunggulan format / kontainer ini adalah bisa menampung Digital Right management (DRM). DRM adalah bentuk form untuk perlindungan hak cipta.

WMV didesain untuk streaming video dari media server ke internet.

Sekarang, kita jangan mengkonversi video kita ke WMV tetapi kita sediakan pemutar WMV nya saja.

  • QuickTime (MOV).

QuickTime dibuat oleh Apple dan mendukung banyak codec. Tetapi, ini adalah kontainer yang juga eksklusif dan hanya mendukung codec yang mereka inginkan.

Tetapi, Apple juga mengupdate QuickTime menjadi versi “Maverick” dan menmggantinya dengan codec h. 264. Bahkan Nikon serta Canon Dlsr juga memiliki output MOV untuk codec h.264 nya.

Apakah kita perlu bisa membuat output video kita ke format MOV, ya tidak masalah karena masih banyak orang yang bisa memutarnya.

  • Advanced Video Coding, High Definition (AVCHD).

Format atau kontainer AVCD adalah format populer untuk data yang dikompresi dengan h.264.

Format ini adalah hasil kerjasama antara Sony dan Panasonic sebagai format untuk camcorder digital.

Format ini dimaksudkan sebagai format untuk file. Artinya untuk dilihat di komputer atau laptop secara offline.

Format ini mendukung versi kompresi “standard definition” dan berbagai jenis “high Definition.” Atau HD, di rentang 720 hingga 1080 pixel.

Frame rate yang didukung termasuk frame rate 60 fps , 24p native hingga mode 3D.

Selain itu, container ini juga mampu memuat subtitle, menu navigasi hingga slideshow dengan suara.

Saran, silahkan mengkonversi video dengan format atau kontainer AVCHD.

  • Flash Video (FLV dan SWF).

Format Flash awalnya diciptakan oleh Macromedia sebelum dibeli oleh Adobe. Format video ini telah mewarnai perjalanan internet di dekade 2000 an.

Ada saat – saat kita dahulu membuka sebuah situs dan muncul pesan: You must download and install the latest version of the Adobe Flash Player to view this content.

Tetapi, karena masalah seperti ini juga, Steve Jobs menolak memberikan dukungan ke format Flash dan menyebutnya memiliki masalah. Steve, sebagai gantinya menggunakan HTML5.

Kita sebaiknya tidak mengkonversi video ke flash jika ada pilihan lain.

Sebenarnya, format flash (SWF) sendiri akan ditinggalkan oleh Adobe pada tahun 2020 mendatang!

  • M4V dan MP4.

Kedua format ini serupa serta merupakan bagian dari format MPEG-4. Format M4V dibuat oleh Apple supaya konten videonya tidak dimainkan di gadget selain apple. File M4V ini memang ditujukan juga untuk menampung file DRM atau file dengan hak cipta.

Kita tetap bisa memainkan file video M4V di tempat lain selain Apple. Kita hanya harus mengganti ekstensinya menjadi MP4. Tetapi, jika MP4 ini dimainkan di gadget atau laptop Apple, maka akan ada konten yang hilang seperti Chapter markers dan AC3 Encoded Audio Stream.

Codec yang juga Container (kontainer).

Ada beberapa codec dengan kontainer bernama sama.

  • MPEG-1.

Format ini digunakan secara eksklisif untuk format VCD yang populer di Indonesia tahun 2000 an awal dan pertengahan.

Tahukah Anda bahwa VCD tidak pernah masuk ke Amerika? Mereka langsung menggunakan format DVD.

Apakah masih perlu mengkonveri video ke format ini?

Jawabannya jelas tidak perlu.

  • MPEG-2 (h.262)

MPEG-2 adalah kontainer serta nama codec sekaligus. Yah, untuk membedakannya yang codec bisa kita sebut sebagai h.262.

MPEG-2 ini digunakan untuk DVD dan broadcast HDTV.

Sekarang, kita tidak perlu konversi video ke format ini. Istilahnya, sudah ketinggalan. Kecuali kita mau membuat keping DVD.

CODECS

  • WMV (Windows Media File).

Tetapi, window juga memberi nama formatnya dengan WMV juga.

Codec ini diciptakan saat orang menyadari bahwa internet akan menjadi kendaraan untuk membawa apapun termasuk video.

Kemudian, ada ide bahwa kita memerlukan streaming video. Atau, kita bisa mendownload video sepotong demi sepotong dan langsung tampil di browser kita (streaming) dan tidak perlu menunggu sebuah video didownload utuh untuk bisa dilihat.

Selama perkembangannya. WMV ttumbuh dan mendukung video HD 720 dan 1080 pixel.

Yang agak membuat bingung juga, file WMV juga disimpan kedalam kontainer ASF juga.

  • h.264.

Codec ini digunakan untuk mengkompresi video kedalam disk Blue Ray dan banyak video website lainnya.

Yang sangat mendasar, keuntungan h.264 bisa digunakan pada bitrate yang sangat rendah hingga sangat tinggi.
Kita bisa mengompress video low resolution untuk internet sekaligus mengompress video dengan bitrate tinggi untuk TV High Definition.

Sekarang, codec h.264 menjadi codec paling umum yang digunakan oleh kamera digital dan camcorder. Container / Kontainer untuk yang terakhir ini biasanya AVCHD.

Memilih video format terbaik.

Ada format video terbaik untuk keperluan tertentu. Tetapi tentunya tidak setiap keperluan cocok dengan format tertentu.

Format yang tampaknya canggih. H264 ternyata tidak didukung oleh Google dengan menghilangkan dukungan mereka di browser chrome.

Tetapi, Microsoft membuat ekstensi yang mendukung codec tersebut.

Google sendiri, yang lebih menyukai platform open source memilih membuat codec VP9 yang dibuat sebagai bagian dari HTML5.

Untuk performa, keduanya sangat mirip. Tetapi mana yang akan bertahan kita tunggu saja.

Konversi format video.

Setelah penjelasan diatas, kita tahu bahwa konversi sebuah video ke format yang lain pasti menurunkan kualitasnya. Inilah pentingnya bekerja dengan video original kita. Yaitu video yang kita dapatkan langsung dari kamera.

Kemudian, kita juga bisa mengetahui jika ada fitur yang hilang di video hasil konversi, semisal fitur subtitle.

Ini tentunya karena format baru atau kontainer baru belum tentu mendukung kinten atau isi kontainer (format) video yang lama.

Kesimpulan.

Seiring perkembangan teknologi, format / kontainer serta codec video akan berubah. Semakin kebelakang, codec serta kontainer (container) didesain untuk menampung lebih banyak konten supaya bisa ditampilkan bersama – sama.

Tetapi, untuk pilihan format video kita, pastikan audience serta cara kita dalam menyampaikan video tersebut untuk mereka.

5/5 - (2 votes)

Leave a reply